Assalamualaikum.
Hati itu,
Seketul daging yang dibekalkan oleh Allah,
Sebagai raja segala anggota.
Sekalian anggota mentaatinya, tidak menyalahinya.
Kalau ia raja yang baik, sekalian anggota menjadi rakyat yang baik.
Dan begitulah sebaliknya andai hati itu rosak.
An-Nu’man bin Basyir berkata: “Saya mendengar Rasulullah saw bersabda, ‘Yang halal itu jelas dan yang haram itu jelas, dan di antara keduanya terdapat hal-hal musyabbihat (syubhat / samar, tidak jelas halal-haramnya), yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. Barangsiapa yang menjaga hal-hal musyabbihat, maka ia telah membersihkan kehormatan dan agamanya. Dan, barangsiapa yang terjerumus dalam syubhat, maka ia seperti penggembala di sekitar tanah larangan, hampir-hampir ia terjerumus ke dalamnya. Ketahuilah bahwa setiap raja mempunyai tanah larangan, dan ketahuilah sesungguhnya tanah larangan Allah adalah hal-hal yang diharamkan-Nya. Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ada sekerat daging. Apabila daging itu baik, maka seluruh tubuh itu baik; dan apabila seketul daging itu rosak, maka seluruh tubuh itu pun rosak. Ketahuilah, dia itu adalah hati.‘” (HR. Bukhori)
Hati itu,
Tempat bersarang cinta Illahi.
Tempat letaknya punca segala sesuatu, (etc: amal)
Malahan,
Di hati itu juga,
Tempat diputuskan iman dan keyakinan.
Hati yang lurus,
Tidak menyimpang dari garisan agama,
Menyumbang pada iman yang lurus,
Yang kemudiannya mengerakkan kepada amal yang baik.
Namun,
Iman dan keyakinan itu tidak dapat disuburkan dan dikembangkan dengan amal,
Andai hati tidak dahulu diperbetulkan.
Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud: “Tidak lurus iman seseorang hamba itu sehingga hatinya lurus dan hatinya tidak akan lurus sehingga lurus lidahnya.”
Riwayat Ahmad
Andai hati itu tidak lurus,
Tidaklah dapat ditunjuk dan diajar,
Atau diberi pengajaran dan nasihat.
“Hati orang yang beriman adalah bersih seperti cermin, kerana syaitan tidak dapat memperdayakannya dengan sesuatu, sebab ia lebih dahulu melihatnya. Tetapi, apabila ia sekali melakukan dosa, Allah campakkan ke dalam hatinya satu tompok yang hitam. Kalau ia bertaubat, hilanglah warna kehitaman itu. Andaikata ia kembali berbuat dosa dan tidak bertaubat, timbullah semula tompokan hitam itu hingga keseluruh hatinya menjadi hitam. Waktu itu tidaklah berguna lagi nasihat yang diberikan kepadanya.”
"Jadilah seperti ikan di laut, "
Mengapa?
Ikan yang hidup tidak masin walaupun berada dalam laut yang masin,
Tetapi,
Ikan yang mati, secubit garam sudah memadai untuk mengubah rasa ikan itu.
Begitu juga hati.
short note: hati-hati menjaga hati, jangan sampai hati mati :)
entri lain tentang HATI <--click :)
rujukan: hadis 40, Mustafa abd Rahman.